Binatang ini tak pernah ada dialam nyata, namun patung
dan keberadaanya bisa kita lihat nyata di Kutai kartanegara Kalimantan Timur.
Lembuswana adalah hewan dalam mitologi rakyat Kutai yang hidup sejak zaman
Kerajaan Kutai. Lembuswana menjadi lambang Kerajaan Kutai hingga Kesultanan
Kutai Kartanegara. Hewan ini memiliki semboyan Tapak Leman Ganggayaksa.
Lembuswana dicirikan sebagai berkepala singa, bermahkota
(melambangkan keperkasaan seorang raja yang dianggap penguasa dan mahkota
adalah tanda kekuasaan raja yang dianggap seperti dewa), berbelalai gajah
(melambangkan dewaGanesha sebagai dewa kecerdasan), bersayap garuda, dan
bersisik ikan.
Dari sisi mitos dan legenda, maka kondisi geografis alam
tempat sebuah komunitas bisa melahirkan berbagai cerita. Wilayah Kalimantan
memiliki banyak sungai-sungai raksasa dan sangat panjang, misalnya di Kaltim
terdapat sungai yang lebarnya ratusan meter, yakni Sungai Mahakam dengan
panjang 920 Km melintasi tiga daerah Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai
Kartanegara dan Kota Samarinda, lalu Sungai Kayan mencapai 640 Km di Kabupaten
Bulungan.
Khususnya Sungai Mahakam, masyarakat percaya bahwa
terdapat seekor ular naga raksasa yang menjaga sungai tersebut. Konon katanya,
saking besarnya naga tersebut, disebutkan bahwa kepalanya ada di Kota
Tenggarong dan ekornya sampai Kota Samarinda. Sebagai wujud kepercayaan
masyarakat tersebut, maka diadakanlah ritual peluncuran Naga Erau di Sungai
Mahakam yang disisipkan sebagai salah satu bagian dari rangkaian upacara adat
Erau di Kota Tenggarong, Kab Kutai Kartanegara.
Erau adalah upacara adat yang dahulunya dilaksanakan
sebagai upacara kerajaan ketika terjadi perpindahan kekuasaan. Namun kini,
karena sistem pemerintahan tidak lagi berbentuk kerajaan, maka Erau
dilaksanakan sebagai even budaya untuk memperingati HUT Kota Tenggarong, yakni
pada tanggal 29 September. Prosesi peluncuran Naga Erau yang terbuat dari kain,
bambu serta kayu itu adalah sebagai tanda (simbolis) bahwa akan ditutupnya atau
telah selesainya rangkaian pesta budaya Erau. Ritual yang melibatkan tokoh
masyarakat dan sultan Kutai itu melambangkan tanda syukur warga setempat yang
selama ini telah mendapat limpahan rahmat dari Allah serta permohonan tolak
bala agar negeri ini selalu tentram dan damai. Ular Naga Erau tersebut tidak
terlepas dari mitologi Kutai tentang sebuah bayi perempuan yang dikawal seekor
naga dan dibawa binatang mistis, Lembuswana.
Lembuswana adalah binatang aneh dan tergolong
satu-satunya spesies paling langka di dunia namun sudah tentu tidak terdaftar dalam
Appendix I Cites karena hanya hidup dalam mitologi Kutai yang sangat
dipengaruhi oleh budaya Hindu itu. Lembuswana adalah wahana Batara Guru yang
disebut dalam falsafah :”Paksi leman gangga yakso” yang berarti: bahwa seorang
seyogyanya memiliki sifat-sifat mulia pengayom rakyat. Penduduk setempat
mempercayai bahwa makhluk ini merupakan ‘kendaraan spiritual’ dari raja
Mulawarman, yang merupakan raja kutai pada zaman kejayaan Hindu. Lembuswana
kemudian dijadikan Lambang Kesultanan Kutai Kartanegara. Di Museum Mulawarman
yang berlokasi di Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara itu terdapat satu
koleksi patung Lembuswana yang terbuat dari kuningan. Lembuswana dibuat di
Birma pada 1850 dan tiba di Istana Kutai Kartanegara pada 1900.
Menurut legendanya, ada seorang bayi yang dikawal Ular Naga Lembu dan dibawa
oleh Lembuswana. Bayi tersebut kemudian dikenal sebagai Putri Junjung Buih dan
menjadi Putri Karang Melenu yang menjadi pendamping hidup raja Kutai
Kartanegara pertama, Aji Batara Agung Dewa Sakti yang akhirnya melahirkan para
sultan di Kota Raja itu.
Jadi meskipun kini secara fisik Ular Naga Lembu dan
Lembuswana itu mungkin tidak ada, namun akan tetap hidup dalam jiwa dan
semangat warga Kutai dalam membangun derahnya. Lembuswana sudah sudah menjadi
mitos sekligus maskot dari Kota Raja, kabupaten terkaya di Indonesia ini
ternyata masih menjunjung tinggi legenda tanah leluhurnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar